Cerita Wali Santri Ingin Anaknya Kuliah Hingga Kerja di Timur Tengah

1 week ago 13

Liputan6.com, Cirebon Antusiasme orang tua menyekolahkan anaknya di pendidikan berbasis pesantren menjadi salah satu pilihan penting. Harapan wali santri ingin anaknya kuliah hingga kerja di luar negeri menjadi salah satu motivasi mereka menitipkan anaknya di Ponpes Bina Insan Mulia (BIMA) 3 Cirebon.

Data tim PPDB mencatat ada 1013 santri baru yang mendaftar di Ponpes Bina Insan Mulia Cirebon. Mereka berasal dari berbagai provinsi di Indonesia. 

Pendaftar santri baru terbanyak dari provinsi Jabar dan dari kawasan Jabodetabek. Sisanya dari beberapa provinsi di pulau Jawa dan Luar Jawa.

“Pesantren Bina Insan Mulia 3 memang ajaib. Di saat minat masyarakat Indonesia terhadap pesantren menurun tahun ini, Pesantren Bina Insan Mulia 3 yang baru dibuka awal tahun 2025, bahkan izin sekolahnya baru turun bulan Juli ini, justru peminatnya membludak. Mana ada pesantren baru seperti itu? Makanya, mestinya masuk ke The Guinness Book of Records,” ujar pengasuh Ponpes BIMA 3 KH. Imam Jazuli, Minggu (20/7/2025).

Ia menjelaskan, Ponpes Bina Insan Mulia 3 menyediakan 4 jenjang pendidikan. Seperti Madrasah Tsanawiyah BIMA 3, Madrasah Aliyah BIMA 3, SMP BIMA 3, dan SMK BIMA 3. 

Lokasi Pesantren Bina Insan Mulia 3 terpisah dengan Bina Insan Mulia 1 dan Bina Insan Mulia 2. Meski terpisah, tapi jaraknya tidak jauh, bisa ditempuh hanya dalam hitungan menit dengan jalan kaki. 

Imam Jazuli mengatakan, motivasi santri dan wali santri memilih BIMA 3 beragam. Dari catatan tim PPDB dan penelusuran di lapangan ditemukan banyak wali santri MTS dan MA yang melihat keberhasilan lulusan Pesantren Bina Insan Mulia 1 dan 2 diterima di kampus-kampus kelas dunia di Timur Tengah. 

Seperti Qorowiyyin Casablanca Maroko, Zaituna Tunisia dan Al-Azhar Mesir, Juga berbagai kampus Eropa dan Asia.

Wali Santri

“Saya tahu berita alumni Bina Insan Mulia yang sekolah ke luar negeri dari medsos. Karena saya punya pesantren dan saya ingin anak saya nanti bisa kuliah di Timur Tengah, maka saya ajak anak saya ke BIMA dan langsung cocok,” ujar KH. Safari, wali santri dari Tegal.

Lain halnya dengan Bu Iis dari Bogor. Anaknya ingin kuliah dan bekerja di luar negeri, seperti anak saudaranya yang telah lebih dulu berangkat ke Eropa setelah lulus dari Pesantren Bina Insan Mulia 1. 

“Anak saya sangat berminat untuk kuliah sambil kerja, kalau bisa di luar negeri, supaya dapat pengalaman, mengingat saya adalah single parent,” jelasnya menceritakan motivasi anaknya.

Banyak juga yang tertarik Pesantren Bina Insan Mulia 3 karena sistem pendidikannya yang lebih banyak memfokuskan pembelajaran kitab kuning khas pesantren NU, namun tetap beradaptasi dengan kehidupan modern. 

Peminat BIMA 3 karena keberhasilan Pesantren Bina Insan Mulia 1 dan Bina Insan Mulia 2 dalam menerapkan program tahfidz al-Quran juga tergolong banyak.

Kiai Imam Jazuli, Pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia, menegaskan bahwa BIMA 3 dihadirkan untuk melayani kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan yang berkualitas, namun dengan biaya yang sangat terjangkau. 

Secara biaya, Bina Insan Mulia 2 menempati urutan tertinggi, lalu disusul Bina Insan Mulia 1 di urutan menengah, dan yang paling rendah adalah Bina Insan Mulia 3.

Meski berbiaya tarif bawah, tapi fasilitas yang diberikan sangat bersaing jika dibandingkan dengan lembaga lain dengan biaya yang sama. Ada fasilitas televisi di kamar, internet, kolam renang, makan tetap 3 kali, lapangan olahraga, fasilitas pengembangan minat dan bakat, dan lain-lain. 

“Perbedaan BIMA 1, BIMA 2, dan BIMA 3 bukan di kualitas layanan pendidikan, tetapi di fasilitas saja. Jadwal saya untuk mengaji di BIMA 1, 2, dan 3 tetap sama,” jelas Kiai Imjaz. 

“Siapa pun yang datang ke Bina Insan Mulia untuk mendapatkan layanan pendidikan bagi putra-putrinya yang sesuai keadaan dan kemampuannya, insya Allah sudah kami sediakan. Dan semua anak mendapatkan kesempatan dan layanan yang sama untuk melanjutkan study ke pendidikan tinggi," ujarnya.

Read Entire Article
Jatim | Jateng | Apps |