Liputan6.com, Yogyakarta - Dalam dunia kerja yang makin kompetitif, kesiapan menghadapi tantangan profesional kini tak cukup hanya dengan skill dan ijazah. Kemampuan mengelola keuangan pribadi kini menjadi bagian penting dari kriteria kesuksesan, terutama bagi generasi muda yang baru menapaki kariernya.
Hal ini diangkat dalam talk show bertajuk Cerdas di Era Digital, yang merupakan rangkaian program Jagoan Kampus yang melibatkan lebih dari 500 mahasiswa dari tiga kampus ternama di Yogyakarta, 12-14 Juni 2025.
Jagoan Kampus merupakan program yang diinisiasi oleh PT Bank Jago Tbk sebagai upaya mengajak generasi muda, khususnya mahasiswa, untuk aktif berjejaring dan mengembangkan keahlian digital, serta peduli terhadap kesehatan finansial sejak dini. Rangkaian kegiatan di Yogyakarta kali ini berkolaborasi dengan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Pembangunan Veteran, dan Universitas Atma Jaya.
Andhina Aryani, Sustainability Program Activation Specialist Bank Jago, menilai salah satu tantangan yang dihadapi generasi muda saat ini bukan sekadar bagaimana menghasilkan uang, tapi pada bagaimana mengelolanya. Budaya konsumtif yang dipicu tren gaya hidup dan media sosial, tidak jarang membuat banyak anak muda terjebak dalam pola pengeluaran yang impulsif hanya demi terlihat tampil “layak” di mata orang lain.
“Mengelola pengeluaran dengan tepat bukan soal menahan diri berlebihan, tapi soal memilih dengan bijak. Kita harus berani berkata tidak pada hal yang belum perlu, dan tahu mana yang harus diprioritaskan,” tuturnya.
Andhina juga menekankan pentingnya membangun ketahanan finansial di tengah kondisi ekonomi yang kerap berubah. Ia menekankan pentingnya membangun kebiasaan keuangan yang sehat sejak dini, mulai dari hal-hal sederhana seperti mencatat pengeluaran, menabung rutin, hingga belajar menunda kesenangan.
“Ketahanan finansial bukanlah sesuatu yang instan, melainkan hasil dari kedisiplinan yang dibentuk dalam keseharian,” tegasnya.
Untuk membangun ketahanan finansial, Andhina memperkenalkan konsep 3F: Fix, Fun, dan Future. Fix adalah alokasi sekitar 50% dari penghasilan untuk kebutuhan pokok seperti makan, tempat tinggal, transportasi, dan cicilan. Sementara Fun mencakup pengeluaran untuk hiburan, hobi, atau aktivitas yang menyenangkan, namun tetap disarankan agar porsinya tidak melebihi 30%.
Bagian terpenting adalah Future, alokasikan minimal 20% dari penghasilan yang ditujukan untuk masa depan. Ini mencakup dana darurat, tabungan jangka panjang, dan investasi. Untuk mempermudah pengelolaan keuangan, Andhina merekomendasikan aplikasi yang dapat membantu pengelolaan keuangan tersebut, salah satunya adalah Aplikasi Jago dan Jago Syariah.
Dengan menggunakan Aplikasi Jago, pengguna dapat mengalokasikan uang sesuai dengan kebutuhan atau untuk berbagai macam tujuan keuangannya. Salah satu fitur unggulan yang digunakan adalah Kantong, yang memungkinkan pengguna membuat hingga 60 kantong dengan nomor rekening khusus, yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan pengeluaran ataupun investasi. Inovasi ini dirancang Bank Jago untuk membantu masyarakat mengatur keuangan dengan lebih terstruktur dan sesuai kebutuhan hidup sehari-hari.
Dalam kesempatan yang sama, Employer Branding & Engagement Bank Jago Dwi Gelegar Gilang Ramadhan menyoroti tantangan yang dihadapi generasi muda saat memasuki dunia kerja di era digital. Ia melihat tidak sedikit fresh graduate yang mengalami kebingungan dan culture shock ketika harus beradaptasi dengan budaya profesional yang dinamis dan serba cepat.
Menurutnya, perusahaan saat ini tidak hanya mencari lulusan yang cerdas secara akademis, tetapi juga individu yang mampu berpikir analitis, kreatif, serta memiliki daya tahan dan fleksibilitas tinggi. Kemampuan untuk agile, atau cepat beradaptasi terhadap perubahan, menjadi salah satu kompetensi utama yang kini sangat dibutuhkan oleh industri.
Menyikapi kondisi tersebut, Bank Jago menghadirkan Jago Digital Academy, sebuah inisiatif pembelajaran mandiri yang bertujuan mengembangkan talenta digital agar lebih siap menghadapi dunia kerja. Program ini dirancang untuk memperkaya pengetahuan dan keterampilan sesuai kebutuhan industri, sekaligus menjembatani kesenjangan antara materi kampus dan realitas di lapangan, khususnya dalam dunia keuangan berbasis teknologi.
“Karier dimulai dari mengenali potensi diri, membangun portofolio, memperluas jaringan, dan dibarengi kedewasaan finansial. Karena kesuksesan bukan hanya soal pekerjaan, tapi juga cara mengelola hasilnya,” pungkas Gilang.