loading...
Sayyidina Ali, Sayyidah Fatimah, Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein yang masih balita, saat Idulfitri makanannya adalah gandum tanpa mentega, gandum basi yang baunya tercium oleh sahabat Nabi Ibnu Rafii. Foto ilustrasi/youtube
Merayakan Idulfitri dianjurkan dengan penuh kebahagiaan dan sukacita. Umumnya, berbagai menu makanan enak biasanya disiapkan untuk merayakan kebahagiaan lebaran tersebut. Namun, tidak demikian dengan keluarga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Mengutip referensi kitab Musnad Imam Ahmad Jilid 2, dikisahkan pada saat malam Takbiran, Sayyidina Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu terlihat sibuk membagi-bagikan gandum dan kurma. Beliau bersama istrinya, Sayyidah Fathimah az-Zahra, Sayyidina Ali menyiapkan tiga karung gandum dan dua karung Kurma. Sayyidina Ali memanggul gandum, sementara istrinya Sayyidah Fathimah menuntun Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein. Mereka sekeluarga mendatangi kaum fakir miskin untuk disantuni.
Esok harinya tiba Salat Idulfitri . Mereka sekeluarga khusyuk mengikuti Salat Ied berjamaah dan mendengarkan khutbah. Selepas khutbah 'Id selesai, keluarga Rasulullah itu pulang ke rumah dengan wajah berseri-seri.
Sahabat beliau, Ibnu Rafi’i bermaksud untuk mengucapkan selamat 'Idulfitri kepada keluarga putri Rasulullah. Sesampainya di depan pintu rumah, alangkah tercengangnya Ibnu Rafi'i melihat apa yang dimakan oleh keluarga Rasulullah itu.
Sayyidina Ali, Sayyidah Fatimah, Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein yang masih balita, saat Idulfitri makanannya adalah gandum tanpa mentega, gandum basi yang baunya tercium oleh sahabat Nabi itu.
Seketika itu Ibnu Rafi'i berucap Istighfar, sambil mengusap-usap dadanya seolah ada yang nyeri di sana. Mata Ibnu Rafi’i berlinang butiran bening, perlahan butiran itu menetes di pipinya.
Kecamuk dalam dada Ibnu Rafi' sangat kuat, setengah lari ia pun bergegas menghadap Rasulullah SAW. Sesampainya di hadapan Rasulullah, "Ya Rasulullah, Ya Rasulullah, Ya Rasulullah, putri baginda dan cucu baginda," ujar Ibnu Rafi’i.
"Ada apa wahai sahabatku?" tanya Rasulullah.
"Tengoklah ke rumah putri baginda, ya Rasulullah. Tengoklah cucu baginda Hasan dan Husein.”" "Kenapa keluargaku?"
"Tengoklah sendiri oleh baginda, saya tidak kuasa mengatakan semuanya.”"
Rasulullah pun bergegas menuju rumah Sayyidah Fathimah. Tiba di teras rumah, tawa bahagia mengisi percakapan antara Sayyidina Ali, Sayyidah Fatimah dan kedua putranya.
Mata Rasulullah pun berlinang. Beliau menangis melihat keluarga putri tercinta dan dua cucunya yang hanya makan gandum basi di hari Raya Idulfitri.
Di saat semua orang berbahagia, di saat semua orang makan yang enak-enak. Keluarga Rasulullah penuh tawa bahagia dengan hanya makan gandum yang baunya tercium tak sedap.
"Ya Allah, Allahumma Isyhad...Ya Allah, Allahumma Isyhad(Ya Allah saksikanlah, saksikanlah) Di hari Idulfitri keluargaku makanannya adalah gandum yang basi. Mereka mencintai kaum fuqara dan masakin."
Mereka relakan lidah dan perutnya mengecap makanan basi, asalkan kaum fakir-miskin bisa memakan makanan yang lezat. Allahumma Isyhad, saksikanlah ya Allah, saksikanlah," bibir Rasulullah berbisik lembut.
Sayyidah Fathimah tersadar kalau di luar pintu rumah, sang ayah sedang berdiri tegak. "Duhai ayahanda, ada apa gerangan ayah menangis?" Rasulullah tak tahan mendengar pertanyaan itu.
Setengah berlari ia memeluk putri kesayangannya sambil berujar: "Surga untukmu, Nak... Surga untukmu."
Demikianlah, menurut Ibnu Rafi’i, keluarga Rasulullah pada hari Idulfitri menyantap makanan yang basi dan bau. Ibnu Rafi’i berkata: "Aku diperintahkan oleh Rasulullah agar tidak menceritakan tradisi keluarganya setiap Idulfitri dan aku pun simpan kisah itu dalam hatiku."
Namun, setelah Rasulullah wafat, aku takut dituduh menyembunyikan Hadis, maka aku ceritakan hal ini agar menjadi pelajaran bagi segenap kaum Muslimin."
(wid)