Dunia Sedang Tidak Baik-baik Saja, Kenapa Kecanduan Global pada Brand Mewah Terus Meningkat?

6 hours ago 2

loading...

Kecanduan global terhadap brand mewah terus meningkat. Foto/X/@oxofocus

LONDON - Dari barang-barang desainer hingga prosedur kosmetik, kecanduan diam-diam terhadap kemewahan terus berkembang. Itu diungkapkan klinik kesehatan mental terkemuka Paracelsus Recovery.

Klinik kesehatan mental dan kecanduan yang berbasis di Zurich telah mendefinisikan sindrom baru yang semakin banyak ditemukan pada klien yang kecanduan barang-barang mewah sebagai "opulomania."

Dunia Sedang Tidak Baik-baik Saja, Kenapa Kecanduan Global pada Brand Mewah Terus Meningkat?

1. Dipengaruhi Media Sosial

"Didorong oleh media sosial, akses merek global, dan akumulasi kekayaan yang cepat, garis antara pemanjaan yang sehat dan kompulsi psikologis semakin kabur," kata Jan Gerber, Pendiri dan CEO Paracelsus Recovery dalam sebuah pernyataan, dilansir Al Jazeera.

Orang dewasa muda, pengusaha, influencer, dan bahkan pewaris bisnis keluarga tradisional semakin terlibat dalam pengejaran kemewahan yang konstan—mulai dari terapi belanja berlebihan dan koleksi mobil hingga perjalanan yang berlebihan dan prosedur kosmetik—untuk mengisi kekosongan internal, jelasnya.

“Baik klien datang kepada kami untuk trauma, kelelahan, depresi, atau penggunaan zat, ketergantungan pada barang mewah sebagai ukuran harga diri hampir selalu muncul. Ini bukan tentang tas desainer atau kapal pesiar—ini tentang mekanisme penanganan emosional yang tidak terkendali,” kata Gerber.

Baca Juga: Setelah Ancam Hancurkan Pangkalan AS dengan Rudal Qassem Basir, Iran Bantah Bantu Houthi

2. Jadi Simbol Pencapaian

Selama dua dekade terakhir, kemewahan telah berubah dari simbol pencapaian langka menjadi aspirasi yang dipasarkan secara luas.

LVMH, konglomerat mewah terbesar di dunia, adalah contoh yang mencolok.

Pada tahun 2005, perusahaan melaporkan pendapatan lebih dari $15 miliar. Pada tahun 2023, angka ini telah melonjak menjadi lebih dari USD97,4 miliar—peningkatan lebih dari 500 persen—dengan kapitalisasi pasarnya melampaui USD453 miliar.

Pertumbuhan eksplosif ini bukan sekadar kemenangan finansial; hal itu mencerminkan pergeseran budaya yang lebih dalam dalam cara kemewahan dipersepsikan dan dikonsumsi, kata Gerber.

3. Sumber Validasi Pribadi

Ketergantungan psikologis yang semakin besar pada identitas merek sebagai sumber validasi pribadi merupakan pendorong utama pertumbuhan itu, imbuhnya.

Kemewahan telah bergeser dari sekadar pemanjaan sesekali menjadi aspirasi gaya hidup yang konstan—yang sering kali disamarkan sebagai kesuksesan tetapi sangat terkait dengan pelarian emosional.

Sistem dopamin otak, yang berevolusi untuk mendukung kelangsungan hidup dengan mendorong motivasi, dibajak oleh antisipasi kemewahan yang konstan.

Read Entire Article
Jatim | Jateng | Apps |