Sri Gusni Perindo Ingatkan Perempuan di Dunia Politik Bukan Sekadar Pelengkap

8 hours ago 5

loading...

Ketua DPP Partai Perindo Bidang Kesehatan Masyarakat Sri Gusni Febriasari menjadi pembicara pada Seminar Kartini 2025 di Balai Sidang Djokosoetono, FH UI, Depok, Sabtu (26/4/2025). Foto: Binti Mufarida

DEPOK - Ketua DPP Partai Perindo Bidang Kesehatan Masyarakat Sri Gusni Febriasari mengkritik praktik politik yang masih memperlakukan perempuan sebagai pelengkap. Dia menyoroti pentingnya kerja keras dan aksi nyata untuk memperbaiki budaya politik yang telah mengakar kuat.

“Hari ini mungkin kami sangat mengapresiasi untuk teman-teman karena ramah terhadap kami-kami yang memilih, memilih untuk berpolitik seperti terlihat sebagai perwakilan dari Partai Perindo,” ujar Sri Gusni saat menghadiri Seminar Kartini 2025: Perempuan Pekerja Keras: Kartini Masa Kini di Balai Sidang Djokosoetono, FH UI, Depok, Sabtu (26/4/2025).

Dia berbagi pengalaman pribadinya dalam berorganisasi semasa kuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat pada 2007. Dia menilai sejak masa itu budaya politik yang problematik sudah tampak dan hingga hari ini belum sepenuhnya berubah.

“Leadership ini yang pada akhirnya membentuk kita menjadi seorang pemimpin ataupun seorang individu yang memiliki ketahanan atau memiliki hal yang mau kita perjuangkan tadi,” katanya.

Menurut Sri Gusni, perubahan dalam dunia politik tidak cukup hanya dengan idealisme. Upaya perlawanan terhadap budaya yang salah harus dibangun di atas kerja keras dan aksi nyata.

Tidak hanya berbicara tentang pentingnya kerja keras, dia juga menyinggung ketidakadilan sistemik yang dialami perempuan dalam dunia politik, terutama terkait penerapan kuota 30% keterwakilan perempuan dalam Pemilu.

“Faktanya kita kadang sudah dihadapkan ketika masa Pemilu. Oh tadi 30% nomor sana comot ini yang penting ada kuota perempuan dan itu terjadi saya ketika pengalaman di 2024 dan mungkin pengalaman di 2019 dan 2024 masih banyak sangat terjadi di partai politik,” ungkap Sri Gusni.

Dia mengkritik praktik politik yang hanya fokus memenuhi angka tanpa memikirkan pemberdayaan nyata. Perempuan harus diberikan ruang strategis, bukan sekadar posisi simbolis dalam partai.

“Kalau tadi posisi bilang bukan hanya sekadar diberi kuota atau diberi ruang tapi benar-benar diberi posisi yang memang strategis posisi inti dalam sebuah partai politik,” ucapnya.

Sri Gusni mengajak mahasiswa untuk turut terlibat aktif membangun ekosistem politik yang lebih sehat dan lebih adil terhadap perempuan. “Dalam kesempatan ini memang saya mengajak juga teman-teman untuk bersama-sama membuat ekosistem politik yang lebih perempuan,” katanya.

(jon)

Read Entire Article
Jatim | Jateng | Apps |