loading...
Banyak yang tahu Darunnajah, tapi tidak tahu siapa pimpinannya. Itulah filosofi lembaga ini. Foto/UDN.
Muhammad Irfanudin Kurniawan & Afaf Saifullah Kamalie, Dosen Universitas Darunnajah (UDN)
Banyak yang tahu Darunnajah, tapi tidak tahu siapa pimpinannya. Itulah filosofi lembaga ini. Pondok harus lebih dikenal dari pimpinannya. Dan ini terbukti, kami pernah mendampingi KH. Sofwan Manaf, pada sebuah acara kenegaraan, ketika bersalaman dan mengenalkan diri sebagai pimpinan, orang yang disalami langsung meminta maaf, dia berkata bahwa sering menyibukan Darunnajah dengan tamu-tamu kenegaraan tapi belum tahu siapa pimpinannya.
Kiai Sofwan hanya tersenyum. Bagi beliau, itu bukan masalah—justru itulah yang diinginkan. Lembaga yang kuat tidak bergantung pada satu nama. Ia harus bisa berjalan dengan sistemnya sendiri, bukan karena figur tertentu.
Salah satu sistem yang menarik dari pemikiran Kiai Sofwan adalah sistem keuangan. Banyak para kiai yang sering memberikan saran ke kiai-kiai lain tentang hal itu.
"Kalau mau belajar manajemen keuangan yang sudah teruji puluhan tahun, pelajari sistemnya Kiai Sofwan," kata mereka.
Bagi kami, ini sesuatu hal yang menarik untuk dituliskan. Seorang kiai bicara soal keuangan? Bukan hal yang lazim terdengar.
KH. Sofwan Manaf adalah Pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah sekaligus Presiden Universitas Darunnajah (UDN)—universitas berbasis pesantren pertama di Indonesia yang membuka Program Studi Sains Aktuaria.
Beliau punya cara pandang yang tidak biasa terhadap Al-Qur'an. Bukan sekadar dibaca untuk pahala, tetapi digali untuk menemukan prinsip-prinsip yang bisa diterapkan dalam kehidupan nyata.
Salah satu ayat yang menjadi pegangan beliau adalah Surah Yusuf ayat 47:
"Yusuf berkata: 'Supaya kamu bertanam tujuh tahun lamanya sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di bulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan.'"
Bagi kebanyakan orang, ayat ini sekadar kisah Nabi Yusuf menyelamatkan Mesir dari paceklik. Tapi bagi KH. Sofwan, ayat ini adalah cetak biru manajemen keuangan.
"Dana abadi dengan menyisakan sebagian kecil sebagai dana operasional," begitu beliau menerjemahkan esensinya. Beliau menyebutnya prinsip "Fathanah Finansial"—kecerdasan finansial yang berlandaskan hikmah ilahiah.
Prinsip ini sejalan dengan konsep "Endowment Fund" atau Dana Abadi yang menjadi tulang punggung universitas-universitas besar dunia. Harvard University, misalnya, memiliki dana abadi sekitar Rp847 triliun yang dikelola secara profesional untuk menjamin keberlangsungan institusi hingga ratusan tahun ke depan.
Rumus 35-35-30: Lahir dari Keprihatinan
Tahun 1997, KH. Sofwan Manaf sedang menempuh S2 di Universitas Indonesia. Saat itu beliau sering mengamati kondisi berbagai lembaga pendidikan—baik milik negara maupun swasta.
Pemandangan yang beliau lihat cukup memprihatinkan.

















































