loading...
Media asing soroti banyak kayu gelondongan dalam banjir dahsyat di Sumatra. Foto/YouTube SindoNews TV
JAKARTA - Pemandangan tumpukan kayu dalam banjir dahsyat di Sumatra, Indonesia, menjadi sorotan The New York Times, media asing yang berbasis di Amerika Serikat (AS). Analisis media tersebut menyatakan pemandangan tak biasa ini menjadi pertanda bahwa deforestasi memperparah kerusakan yang ditimbulkan oleh siklon.
"Where Floodwaters Turned Piles of Timber Into Floating Battering Rams [Tempat di mana banjir mengubah tumpukan kayu menjadi pelantak terapung]," bunyi judul laporan media tersebut.
Pekan lalu, hujan deras mengguyur ujung utara pulau Sumatra selama tiga hari berturut-turut. Satu daerah di Provinsi Aceh diguyur hujan 16 inci dalam sehari. Banjir yang terjadi kemudian menyapu bersih empat desa. "Lebih jauh ke selatan, banjir bandang membawa bahaya yang tak terduga: tumpukan kayu demi tumpukan kayu," tulis media Amerika tersebut.
Baca Juga: Banjir Sumatra Renggut 631 Orang, Ini Daftar Pemimpin Dunia yang Berbelasungkawa
Tak terhitung banyaknya kayu gelondongan dan puing-puing lainnya jatuh ke permukiman di Provinsi Sumatra Utara setelah Siklon Senyar menerjang Indonesia pada hari Rabu.
“Ke mana pun Anda memandang—kiri dan kanan di sepanjang jalan—ada tumpukan kayu,” kata Sarma Hutajulu, seorang relawan penyelamat yang membantu membersihkan puing-puing di Kecamatan Tukka.
“Itulah yang menghantam rumah-rumah warga," imbuh dia.
Badai tersebut menghantam wilayah barat laut Indonesia, sebelum bergerak ke Malaysia dan Thailand, mengakibatkan hujan lebat selama berhari-hari yang memicu banjir bandang dan tanah longsor yang telah menewaskan ratusan orang.
Khusus di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat, banjir dan tanah longsor sudah menewaskan 836 hingga Kamis kemarin. Ratusan orang masih hilang dan ratusan ribu lainnya telah mengungsi.
Para pakar mengatakan bahwa dahsyatnya badai tersebut diperparah oleh deforestasi selama puluhan tahun. Sebagian besar hutan alam Sumatra telah ditebang habis dalam beberapa dekade terakhir dan diubah menjadi perkebunan kelapa sawit, perkebunan kayu pulp, dan tambang emas. Kayu gelondongan dari beberapa kegiatan tersebut menjadi alat pendobrak terapung setelah badai menerjang.















































