loading...
KA Purwojaya relasi Gambir-Kroya anjlok pada dua kereta bagian belakang saat melintas di Emplasemen Stasiun Kedunggedeh, Kabupaten Bekasi, Sabtu (25/10/2025). Foto/Dok.KAI Daop I Jakarta
JAKARTA - Rentetan kasus kereta api anjlok terus terjadi dalam beberapa bulan terakhir menjadi sorotan masyarakat. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) didesak melakukan audit keselamatan.
Wakil Ketua Komisi V DPR Syaiful Huda mendesak Kementerian Perhubungan melakukan audit keselamatan independen untuk memastikan objektivitas rekomendasi perbaikan layanan kereta api di Tanah Air.
“Kasus kereta api anjlok dalam beberapa bulan terakhir terus terjadi. Agustus lalu setidaknya ada tiga kasus yakni anjloknya KA Argo Bromo di Subang, KRL di Stasiun Jakarta Kota, lalu ada Kereta Kuala Stabas di Lampung. Bulan ini kembali terjadi yakni Kereta Purwojaya di Kedunggede Bekasi. Meski tidak ada korban jiwa tetapi kasus ini tidak bisa dianggap sepele,” ujar Syaiful Huda, Minggu, (26/10/2025).
Baca juga: KA Purwojaya Gambir-Kroya Anjlok, Warga: Penumpang Panik Keluar dari Gerbong
Huda mengatakan dalam beberapa tahun terakhir, kereta api merupakan tulang punggung transportasi nasional. Berdasarkan data BPS rata-rata jumlah total penumpang kereta api per tahun mencapai ratusan juta. Tahun 2023 total penumpang kereta api nasional baik kereta api jarak jauh, lokal, maupun commuter mencapai 365 juta, tahun 2024 penumpang kereta api mencapai 504-505 juta.
“Tingginya jumlah penumpang per tahun ini harusnya dimaknai betapa kereta api telah menjadi tulang punggung transportasi nasional sehingga setiap insiden kecelakaan KA harus menjadi fokus perhatian untuk evaluasi dan perbaikan,” katanya.
Dia menegaskan tingginya intensitas kereta anjlok merupakan bentuk krisis keselamatan transportasi di tanah air. Menurutnya ada tiga masalah utama yang seringkali menjadi pemicu kecelakaan kereta api di Indonesia yakni usia prasarana, akumulasi kerusakan sarana, dan adanya cacat prosedur operasional.
















































