Trump Kobarkan Perang Dagang, China Mencoba Bersikap Baik kepada Dunia

6 hours ago 4

loading...

Beijing memilih pendekatan berbeda dengan merangkul dunia dan mempererat kerja sama dagang di tengah serangan tarif dari AS. FOTO/iStock Photo

JAKARTA - Di tengah kebijakan proteksionis Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menerapkan tarif besar-besaran terhadap barang-barang dari China, Beijing justru memilih pendekatan berbeda dengan merangkul dunia dan mempererat kerja sama dagang. Langkah ini dilakukan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan memperluas akses pasar di tengah ancaman isolasi ekonomi dari Washington.

China mulai menjalin kemitraan baru dan memperkuat hubungan dagang dengan sejumlah negara, termasuk Vietnam, Malaysia dan negara-negara Eropa. Langkah ini menjadi strategi untuk melawan tekanan dari kebijakan tarif Trump yang kini telah mencapai total 245% untuk berbagai produk dari China.

"Ini adalah pertama kalinya seseorang dengan pengaruh besar berdiri dan berkata, 'Cukup sudah,'" ujar Stephen Yates, Peneliti Senior untuk China dan Kebijakan Keamanan Nasional di Heritage Foundation, dikutip dari Daily Caller, Senin (20/4/2025).

Vietnam merupakan salah satu mitra dagang penting bagi China, menyumbang hampir 4% dari total ekspor China pada 2023 dengan nilai mencapai USD135 miliar, menurut data dari Observatory of Economic Complexity (OEC). Saat kunjungan Presiden Xi Jinping ke Hanoi pada Senin lalu, kedua negara menandatangani kesepakatan dagang baru yang mempererat hubungan ekonomi di antara dua negara komunis tersebut.

Di sisi lain, Vietnam juga menjadi mitra dagang utama Amerika Serikat (AS). Pada 2024, nilai ekspor Vietnam ke AS mencapai lebih dari USD136 miliar, berdasarkan data dari Biro Sensus AS. Malaysia juga memegang peran penting dalam jaringan dagang China, dengan kontribusi sekitar 1,91% dari total ekspor China senilai USD65,5 miliar pada 2023. Selain itu, Malaysia memasok hampir 66% dari ekspor minyak mentahnya ke China.

"Beijing yakin memiliki keunggulan dalam menjalin hubungan dengan negara-negara tetangganya. Sementara itu, kebijakan luar negeri Trump yang tidak stabil justru merusak citra dan pengaruh lunak Amerika Serikat di kawasan Asia," ujar Zhao Minghao, profesor studi internasional di Universitas Fudan, Shanghai.

China juga menunjukkan ketertarikan untuk mempererat hubungan ekonomi dengan Uni Eropa (UE). Saat ini, China adalah mitra dagang terbesar kedua bagi Uni Eropa setelah Amerika Serikat. Namun, hubungan tersebut menghadapi tantangan tersendiri. Uni Eropa tengah mempertimbangkan penerapan tarif atas kendaraan listrik buatan China, dan sebagai solusi, ditawarkan penetapan harga minimum untuk produk-produk tersebut.

Terlepas dari upaya internasionalnya, perekonomian China tengah menghadapi tantangan serius. Selain dampak dari perang dagang, negara ini juga bergulat dengan krisis pasar properti yang belum usai dan beban populasi yang menua dengan cepat. China juga kesulitan mencari pasar pengganti untuk produk-produk murah yang sebelumnya banyak diekspor ke AS.

Read Entire Article
Jatim | Jateng | Apps |