Nyeri Saat Olahraga? Jangan Diabaikan, Ini Langkah Pencegahan dari Ahli

4 hours ago 1

loading...

Kesadaran masyarakat akan pentingnya gaya hidup aktif dan sehat terus meningkat. Foto/Istimewa.

JAKARTA - Kesadaran masyarakat akan pentingnya gaya hidup aktif dan sehat terus meningkat. Aktivitas fisik seperti olahraga kini menjadi bagian penting dalam rutinitas harian, baik bagi atlet profesional maupun masyarakat umum. Namun, di balik semangat menjaga kebugaran, risiko cedera olahraga justru menjadi tantangan yang sering diabaikan.

Menurut dr. L. Grace Tumbelaka, spesialis kedokteran olahraga, cedera seperti keseleo, robekan otot, cedera lutut, hingga nyeri punggung merupakan jenis yang paling sering dialami para pelaku olahraga.

Baca juga: Fornas VIII 2025 Targetkan Jadi Festival Olahraga Rekreasi Terbesar Sejagad!

"Banyak orang menganggap remeh nyeri saat berolahraga dan memilih untuk tetap melanjutkan aktivitas. Padahal, ini justru bisa memperparah kondisi dan memperpanjang masa pemulihan," kata dr Grace dalam Program A to Z Sport for Healthy Lifestyle dikutip dari keterangan tertulis, Sabtu (17/5/2025).

Kenali Cedera Sejak Dini

Olahraga memang menyehatkan, tetapi tanpa persiapan dan teknik yang tepat, risiko cedera meningkat signifikan. Cedera olahraga bisa menyerang siapa saja, dari atlet elite hingga masyarakat umum. Beberapa jenis cedera yang umum meliputi:

* Keseleo (sprain): Cedera pada ligamen akibat gerakan mendadak atau salah posisi
* Otot tertarik (strain): Umumnya terjadi akibat penggunaan otot yang berlebihan atau teknik yang tidak tepat
* Cedera lutut: Sering terjadi pada pelari, pemain sepak bola, dan pebasket
* Cedera bahu dan pergelangan kaki: Kerap dialami dalam olahraga dengan gerakan cepat dan berulang.

"Faktor penyebab cedera sering kali berakar dari kurangnya pemanasan, teknik yang salah, penggunaan alat yang tidak sesuai, atau kelelahan berlebih. Kurangnya waktu pemulihan juga dapat memperbesar risiko cedera," kata dr Grace.

Terapkan Prinsip RICE

Untuk menangani cedera ringan, masyarakat diimbau menerapkan prinsip RICE. Pertama, Rest atau istirahat yakni menghentikan aktivitas agar cedera tidak bertambah parah. Kedua, Ice atau es, yaitu mengompres area cedera selama 15-20 menit untuk meredakan nyeri dan pembengkakan.

Ketiga, Compression atau kompresi, yakni menggunakan perban elastis untuk menekan area yang cedera. Dan keempat, Elevation atau Elevasi dengan mengangkat bagian tubuh yang cedera untuk menjaga sirkulasi darah.

"Segera konsultasikan ke dokter atau fisioterapis jika nyeri tak kunjung reda, pembengkakan memburuk, atau gerakan menjadi terbatas. Penanganan dini sangat penting untuk mencegah komplikasi jangka panjang," kata dr Grace.

Program bertajuk A to Z Sport for Healthy Lifestyle kini hadir dengan pendekatan holistik untuk mengedukasi masyarakat mengenai pencegahan cedera, peningkatan performa, dan pengembangan potensi tubuh. Program ini ditujukan bagi atlet, pelatih, penggiat kebugaran, hingga masyarakat umum yang aktif secara fisik.

Dengan bimbingan dari tenaga ahli, peserta akan dibekali pengetahuan mulai dari teknik latihan yang tepat, pentingnya pemanasan dan pendinginan, manajemen beban latihan, hingga pemulihan pascalatihan. Program ini juga menekankan pentingnya nutrisi dan edukasi tubuh sebagai bagian dari strategi pencegahan cedera.

"Pencegahan cedera tidak hanya soal istirahat dan pemanasan. Ini melibatkan pendekatan menyeluruh—termasuk teknik latihan, pemulihan, nutrisi, dan manajemen beban latihan yang sesuai dengan kebutuhan individu," ujar dr. Antonius Andi Kurniawan.

Menurutnya, dengan semakin banyaknya individu yang terlibat dalam kegiatan fisik, edukasi mengenai cedera olahraga menjadi hal yang tidak bisa ditawar. Masyarakat diimbau untuk tidak mengabaikan sinyal tubuh dan selalu mengedepankan keselamatan dalam berolahraga.

(nnz)

Read Entire Article
Jatim | Jateng | Apps |