Mengenal Mula-Malurung, Prasasti Tertua Ketiga Warisan Kerajaan Singasari

7 hours ago 2

loading...

Replika Prasasti Mula Malurung Koleksi Museum Daerah Kabupaten Lumajang. FOTO/YouTube

PRASASTI Mula-Malurung menggambarkan sumber sejarah primer perjalanan Kerajaan Singasari . Konon prasasti ini merupakan tertua ketiga yang diwariskan dan ditemukan dari Singasari. Prasasti ini berangka tahun 1255 dan saat ini tersimpan di Museum Negara di Jakarta.

Prasasti ini memuat uraian tentang Raja-Raja Singasari dari pendirinya yang wafat bernama Bhatara Siwa atau identik dengan Ken Arok, hingga Kertanagara. Nama garbhopati maupun nama abhiseka Raja Kertanagara, disebut secara lengkap, yakni Sri Maharaja Sri Lokawijaya Purusottama Wira Asta Basudewadhipa Aniwariwiryanindita Parakrama Murddhaja Nama Uttunggadewa, nama abhiseka-nya Kertanagara.

Hingga kini yang teridentifikasi hanya Serat Pararaton yang ditulis antara tahun 1478 dan 1486, serta Nagarakretagama yang bertarikh 1365, yang menjadi sumber utama tentang sejarah Kerajaan Singasari, di samping beberapa piagam yang dikeluarkan oleh Raja Kertanagara dan beberapa lagi dari zaman Majapahit.

Sejarawan Prof. Slamet Muljana dalam bukunya "Tafsir Sejarah Nagarakretagama" menuturkan, Prasasti Mula-Malurung merupakan sumber sejarah ketiga yang paling tua dan paling dapat dipercaya karena prasasti itu ditulis pada tahun 1255 atau pada zaman Singasari itu sendiri dalam bentuk uraian yang agak terperinci.

Oleh karena itu, prasasti Mula-Malurung dapat digunakan untuk mengecek uraian Pararaton dan Nagarakretagama tentang Singasari. Prasasti Mula-Malurung dikeluarkan oleh raja-raja yang diangkat oleh Raja Seminingrat pada tahun 1255 Masehi, untuk memperkuat dan mengesahkan hadiah sima swatantra kepada Sang Pranaraja dari Sang Prabu Bhatara Parameswara yang telah wafat, dan dari Naraya Seminingrat yang sedang memerintah seluruh Pulau Jawa, atas jasa-jasanya yang berlimpah-limpah, terdiri dari dua desa, yakni Desa Mula dan Malurung, yang terletak di sebelah utara ibu kota.

Itulah sebabnya, prasasti itu disebut prasasti Mula-Malurung. Para raja di seluruh tanah Jawa, yang dikepalai oleh Sri Kertanegara, tidak menaruh keberatan. Pada waktu itu, Sri Kertanagara menjadi raja di Daha, daerah Kediri, sebagaimana pada Lempengan VII A prasasti tersebut.

Dari uraian prasasti Mula-Malurung, terungkap bahwa penobatan Sri Kertanagara pada tahun 1254 dimaksudkan untuk menjadi raja di Daha, bukan untuk menggantikan Sang Prabu Seminingrat alias Wisnuwardhana. Pernyataan bahwa Sri Kertanagara mengepalai sesama raja, menunjukkan bahwa beliau adalah raja mahkota yang suatu saat akan menggantikan Sang Prabu Seminingrat.

(abd)

Read Entire Article
Jatim | Jateng | Apps |