Liputan6.com, Jakarta - Instagram kabarnya tengah mengembangkan fitur barunya bernama Community Chat. Fitur ini memungkinkan pengguna membuat grup sampai 250 orang dalam aplikasi.
Mengutip Engagdet, Jumat (7/3/2025), fitur ini pertama kali ditemukan oleh pengembang Alessadro Paluzzi, yang dikenal sering kali membocorkan fitur baru di aplikasi Meta.
Berdasarkan tangkapan layar yang dibagikan olehnya, Community Chat tampaknya bekerja mirip dengan Discord. Jadi pengguna bisa membuat obrolan berdasarkan topik tertentu dan mengatur siapa saja yang bisa bergabung.
Bisa dibilang, fitur baru Instagram ini tidak seperti fitur Broadcast Channel Instagram yang hanya memungkinkan kreator mengirim pesan ke pengikut mereka saja, melainkan fitur Community Chat ini memungkinkan semua anggota berpatisipasi dalam percakapan.
Fitur ini juga dibekali alat moderasi bawaan. “Admin bisa menghapus pesan dan anggota untuk menjaga keamanan komunitas,” demikian isi tangkapan layar tersebut. Instagram juga menyebut akan meninjau Community Chat berdasarkan Pedoman Komunitas mereka.
Masih belum diketahui kapan atau apakah fitur Instagram ini bakal dirilis ke publik. Juru bicara Instagram menyebut bahwa saat ini Community Chat masih berupa prototipe inernal dan belum diuji coba di luar perusahaan.
Namun, Meta sebelumnya sudah menghadirkan fitur serupa di aplikasi mereka yang lain, seperti WhatsApp. Layanan pesan yang kini dipakai miliaran pengguna di dunia ini mulai menguji fitur Communities pada 2022.
Tak hanya itu, Facebook dan Messenger yang juga mendapatkan fitur Community Chat di tahun yang sama.
Saat itu, Mark Zuckerberg menyebut fitur Komunitas ini dirancang agar pengguna bisa lebih mudah terhubung dengan orang-orang yang memiliki minat yang sama.
Konten Instagram Reels Bikin Banyak Pengguna Trauma
Di sisi lain, Instagram memiliki lebih dari 2 miliar pengguna aktif bulanan. Meskipun tidak semua pengguna tertarik pada video pendek, Instagram Reels telah menjadi fitur utama dalam pengalaman menggunakan platform ini, berkat pengaruh TikTok.
Dikutip dari Android Police, Kamis (6/3/2025), saat ini Instagram Reels mencatat lebih dari 17,6 juta jam tontonan setiap hari, di mana pengguna menghabiskan sekitar setengah dari waktu mereka di platform untuk menonton Reels. Tren peningkatan konten Reels berbasis grafis belakangan ini pun menjadi sorotan.
Instagram mendapat sorotan setelah sejumlah pengguna melaporkan adanya perubahan signifikan pada konten Reels yang direkomendasikan. Video yang menampilkan kekerasan, konten seksual, penembakan, penusukan, hingga adengan mengganggu lainnya mulai mendominasi feed pengguna.
Perubahan grafis di Reels ini diduga mulai terjadi sejak minggu lalu, meskipun beberapa pengguna sudah menyuarakan keluhan serupa sejak beberapa hari sebelumnya.
Meningkatnya frekuensi kemunculan konten sensitif menjadi perhatian, di mana banyak yang mengaku hanya perlu melewati beberapa video biasa sebelum menemukan konten yang tidak pantas.
"Apakah hanya saya, atau Reels Instagram sekarang seperti zona perang? Isinya hanya perkelahian, darah, dan kekacauan," tulis seorang pengguna di platform X.
Beberapa pengguna lainnya juga melaporkan tetap melihat video kekerasan meskipun sudah mengaktifkan pengaturan pembatasan konten sensitif.
Meta Perbarui Kebijakan Konten Sensitif
Beberapa pengguna lainnya juga melaporkan tetap melihat video kekerasan meskipun sudah mengaktifkan pengaturan pembatasan konten sensitif.
Namun, Meta menyatakan bahwa beberapa konten grafis diperbolehkan jika bertujuan meningkatkan kesadaran tentang isu-isu penting seperti pelanggaran hak asasi manusia, konflik bersenjata, atau terorisme. Konten tersebut tetap tunduk pada pembatasan tertentu, seperti penyertaan label peringatan.
Meta sebagai pemilik Facebook, Instagram, dan Threads menyatakan telah menghapus konten yang bersifat kasar, serta menambahkan peringatan pada sebagian konten lainnya. Perusahaan juga membatasi akses pengguna di bawah usia 18 tahun untuk melihat jenis konten tersebut.
Pada awal Januari, Meta mengganti pemeriksa fakta pihak ketiga di platform AS dengan sistem penandaan berbasis catatan komunitas.
Selain itu, Meta berencana menyederhanakan kebijakan kontennya. Menurut Joel Kaplan, Kepala Urusan Global, kebijakan baru ini akan mengurangi pembatasan pada topik seperti imigrasi dan gender yang dianggap tidak bertentangan dengan wacana arus utama.